Part 2
Awan hitam pekat perlahan datang, ditambah lagi suara halilintar
yang menggelegar sana-sini yang mengagetkan seisi rumah, “astgahfirullah…”
kilatan kilat pun tak mau ketinggalan menunjukan bentuknya (emang kilat ada
bentuknya??) yang seakan-akan seperti di foto kayak foto model david
beckham, model
sepak bola dunia yang selalu di foto dengan blitz tingkat dewa dilapangan, tapi ini
bukan hanya tingkat dewa melainkan tingkat dewi quan’ iem (kalo pernah nonton
drama asia kera sakti pasti tau hehe), yang bisa membuat Danish untuk segera
tutup kuping, dan berlindung di balik bantal karna setelah kilat pasti ada
bunyi geluduknya yang lumayanlah bisa membuat modar orang yang terkena skuat
jantung, dan orang latah tentunya dengan segala model dan tipe dari segala
macam jenis kelatahan tesebut, ada yang model sgala macam binatang di kebun binatanglah
disebutin, ada juga yang latahnya ngomong jorok lagi, pokoknya masih banyak deh
jenis dan tipe-tipe yang ada di ilmu latah. Ko jadi ngomongin latah..??
Kembali ke cerita….. “tik tik
tik.” Hujan deras pun mengetuk-ngetuk atap mereka, itu pun karna atap rumahnya
terbuat dari asbes jadi suara air hujan yang turun serasa nyaring sekali bahkan
menyaingi suara TV. Ditambah lagi air hujannya sudah mulai memasuki rumah
mereka yang kecil dan usang.
Lalu “yah rumah kita bocor lagi
nih.” Ucap umi Danish.
“iya mi, entar kalau ayah dapet
keuntungan lebih, ayah renovasi semua atap dari rumah kita mi, mangkanya umi
doain yaa supaya kita bisa mendapatkan rizky lebih dan bisa membeli rumah yang
lebih bagus dari ini.” Ucapnya menyentuh hati.
“amieen dah yah, umi selalu
ngedoain kita ko setiap sehabis shalat tahajud dan dhuhanya..” celetuk Danish
membuat suasana seisi rumah menjadi sedih dan sepi, yang ada hanya suara
tetesan air yang turun mengenai baskom yang menjadi tadangan di rumah mereka
supaya tidak becek.
“hahaha amin amieenn..” ucap
uminya sambil berlinang air mata yang menetes melewati pipinya, seraya memeluk
Danish anak satu-satunya yang baru mendapatkan beasiswa full sekolah di SMA
favorit terkenal di bandung. Dan sang ayah pun nampak bangga sekali akan prestasi
yang di buat oleh anaknya yang sangat disayanginya.
***
Satu tahun kemudian….
Di kelas XI, Danish pun sekarang
berteman dengan anak-anak kota yang entah apa judul pergaulannya yang sangat
tidak jelas. Danish pun sudah mulai terbiasa dengan yang namanya rokok, beer, dan segala macem minuman
beralkohol lainya. Bahkan ia juga pernah tidak pulang kerumah selama seminggu
karna keinginannya di belikan sepeda motor tidak dipenuhi oleh orangtuanya yang
hanya bekerja sebagai tukang sayur keliling dan uminya hanya seorang tukang
jahit biasa. Entah kenapa si Danish menjadi anak yang sangat nakal, mungkin
jika si Danish tidak di sekolahkan di tempat seperti ini, kejadiannya tak
bakalan seperti ini.
Bahkan Danish sudah jarang sekali
sholat berjamaah di mushola, berkumpul bersama-sama dengan jamaah lainya di
mushola, sekarang mengaji saja jarang, pernah waktu itu uminya menyuruhnya
mengaji, namun apa perkataan dari anaknya, “buat apa mengaji, tidak bisa
mendapatkan kenikmatan tohh umi, lebihh baik nongkrong di jalanan kota sambil
mengoda-goda cewe asoyy yang lewat.” ucapnya sambil berteriak, mendengar
perkataan anaknya itu, uminya tak henti-hentinya menangis karna anaknya sendiri
telah menghina agamanya.
Lama kelamaan kelakuan anaknya
sudah mulai brutal, Danish pun sering ikut tawuran sana-sini melawan siapa pun
yang berani menentangnya, tak hanya itu, sampai-sampai dia pernah membuat teman
sekelasnya mengalami pendarahan hebat karna ulah bringasnya.
Dan pada saat pelajaran matematika
si danih dan teman-temannya sengaja kabur dari kelasnya, dan malah nongkrong di
WC sekolah. entah kenapa, mungkin pusing kali yaa?, padahal dulu Danish kan
termasuk orang yang cerdas, ini semua karna pengaruh dari pergaulannya di masa
SMA.
“hehh… kamu…!!, lagi ngapain nihh
pada ngumpul-ngumpul di toilet pada saat jam pelajaran..!” ucap guru BK
(bimbingan konseling singkatannya).
“yahh elahh bu dikit lagi kan bel
istirahat, jadi kasih konsekuensi dikit lahh hahaha.”
“iyaa tuhh.. bener bangett.!”
“ibu kan maniess… hahaha.” Omongan
mereka sudah mulai kurang ajar, (memang mereka kurang mendapat pembelajaran
kayaknya itu juga gara-gara mereka selalu kabur).
“hah..!!, manis opo..??, orang
kaya buah kesemek busuk!!, dibilang manis..”
“hahahaha..” tertawalah mereka.
Setelah itu ibu BK tersebut
meninggalkan mereka yang kerjanya hanya tertawa-tawa kaga jelas. Dan memanggil
kepala sekolah bahkan satpam sekolah pun ikut dipanggilnya. Dan
menghukumnya dengan berdiri hormat dilapangan sampai masa sekolah pada
hari itu berakhir. Tidak hanya itu bahkan Danish juga mendapatkan SP 3 (surat
panggilan orang tua yang ke tiga kalinya, karna pointnya sudah melewati lebih
dari 75 dan jika mendapatkan point 100 akan dikeluarkan dari sekolah secara tidak
hormat) yang lainya hanya mendapatkan SP 2. Pada saat ini Danish bisa dibilang
sebagai pentolan (atau apalah nama istilah gaulnya) di sekolahnya yang dulu
amat sangat ia impikan justru menjadi malapetaka bagi keluarganya.
Beberapa hari kemudian uminya pun
datang seorang diri, ayahnya tidak bisa hadir karna sedang mencari nafkah
keluarganya. dipanggilah Danish dari kelasnya. Dengan gayanya rambutnya
yang kaya jengger ayam alias mowhack dengan baju dikeluarkan, plus tercium
pula bau rokok dari tubuhnya yang sangat pekat saat memasuki ruang BK. sedari
tadi ibunya sudah hadir disana dan hanya bisa menangis melihat kelakuan anak
semata wayangnya beberapa tahun ini.
“ibu sudah tau kan apa yang anak
ibu lakukan disekolah ini..??” Tanya kepala sekolahnya seraya tangisan uminya
berhenti sejenak.
“….hiks.. iya pak”, jawabnya
tersedu-sedu.
“maafkan kelakuan anak saya yaa
pak..” tambahnya seraya mengusap air mata yang mengalir menghujani tas yang ada
dipangkuannya dengan sapu tangan.
“ibu dengan menyesal ini harus saya
katakan, beasiswa yang diterimanya pada saat masih smp sudah hangus, karna
Danish anak ibu sudah mendapatkan SP 3. Begitulah peraturan yang tertera di
lembaran beasiswa itu.” Ucap pak kepala sekolah yang mulai iba dengan kasih
sayang yang diberikan ibunya Danish.
“ya allah ampe segitunya pak..
hiks..”
“memang seperti itu peraturan yang
ada di surat pada waktu diberikan ke ibu satu tahun yang lalu.” Ucap pak kepala
sekolah sambil menyodorkan secarik kertas.
Lalu tetesan air mata kembali
menghujani tas di pangkuannya itu bahkan lebih deras dari yang sebelumnya.
Sempat terpikir oleh ibunya Danish, ”ya allah,.. apa lagi cobaan yang engkau
berikan kepada hambamu ini… dapet uang dari mana hambamu ini agar anak semata
wayang ini bisa melanjutkan sekolah di sekolah impiannya ini..” doanya.
“apa tidak ada toleransi lagi pak
untuk anak saya..”
“maaf bu, kelakuan anak ibu memang
sudah sangat melampaui batas..”
“owhhh.. kalo begitu saya pamit
dulu yaa pak.. hiks..”
“Ohh iya bu, sekali lagi maaf yaa
bu..” ucap kepala sekolah itu seraya member senyum.
“dahulu… beberapa tahun lalu kamu
menjadi kebanggaan keluarga, tapi sekarang dirimu hanya sebongkah sampah yang
sangat tak berharga.” Ucap uminya kepada Danish sambil menangis dan pergi
meninggalkan ruangan BK disekolah anaknya itu.. dan Danish hanya terdiam seakan
tak mau mendengar perkataan ibunya.
“wassalamu’alaikum..”
“wa’alaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh..”
“untung saja saya tidak pernah
punya anak seperti kamu, Naudzubillahi mindzalik..!!!” Seru kepala sekolah
kepada danish. Seraya mengikuti langkah ibunya pergi.
Namun si Danish hanya terdiam
hampa, entah apa yang sedang di pikirkannya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar