Jumat, 23 November 2012

Cerpen | kisah si Danish Aniq. part 2


Part 2

Awan hitam pekat perlahan datang, ditambah lagi suara halilintar yang menggelegar sana-sini yang mengagetkan seisi rumah, “astgahfirullah…” kilatan kilat pun tak mau ketinggalan menunjukan bentuknya (emang kilat ada bentuknya??) yang seakan-akan seperti di foto kayak foto model david beckham, model sepak bola dunia yang selalu di foto dengan blitz tingkat dewa dilapangan, tapi ini bukan hanya tingkat dewa melainkan tingkat dewi quan’ iem (kalo pernah nonton drama asia kera sakti pasti tau hehe), yang bisa membuat Danish untuk segera tutup kuping, dan berlindung di balik bantal karna setelah kilat pasti ada bunyi geluduknya yang lumayanlah bisa membuat modar orang yang terkena skuat jantung, dan orang latah tentunya dengan segala model dan tipe dari segala macam jenis kelatahan tesebut, ada yang model sgala macam binatang di kebun binatanglah disebutin, ada juga yang latahnya ngomong jorok lagi, pokoknya masih banyak deh jenis dan tipe-tipe yang ada di ilmu latah. Ko jadi ngomongin latah..??

Kembali ke cerita….. “tik tik tik.” Hujan deras pun mengetuk-ngetuk atap mereka, itu pun karna atap rumahnya terbuat dari asbes jadi suara air hujan yang turun serasa nyaring sekali bahkan menyaingi suara  TV. Ditambah lagi air hujannya sudah mulai memasuki rumah mereka yang kecil dan usang.
Lalu “yah rumah kita bocor lagi nih.” Ucap umi Danish.

“iya mi, entar kalau ayah dapet keuntungan lebih, ayah renovasi semua atap dari rumah kita mi, mangkanya umi doain yaa supaya kita bisa mendapatkan rizky lebih dan bisa membeli rumah yang lebih bagus dari ini.” Ucapnya menyentuh hati.

“amieen dah yah, umi selalu ngedoain kita ko setiap sehabis shalat tahajud dan dhuhanya..” celetuk Danish membuat suasana seisi rumah menjadi sedih dan sepi, yang ada hanya suara tetesan air yang turun mengenai baskom yang menjadi tadangan di rumah mereka supaya tidak becek.

“hahaha amin amieenn..” ucap uminya sambil berlinang air mata yang menetes melewati pipinya, seraya memeluk Danish anak satu-satunya yang baru mendapatkan beasiswa full sekolah di SMA favorit terkenal di bandung. Dan sang ayah pun nampak bangga sekali akan prestasi yang di buat oleh anaknya yang sangat disayanginya.

***

Satu  tahun kemudian….

Di kelas XI, Danish pun sekarang berteman dengan anak-anak kota yang entah apa judul pergaulannya yang sangat tidak jelas. Danish pun sudah mulai terbiasa dengan yang namanya rokok, beer, dan segala macem minuman beralkohol lainya. Bahkan ia juga pernah tidak pulang kerumah selama seminggu karna keinginannya di belikan sepeda motor tidak dipenuhi oleh orangtuanya yang hanya bekerja sebagai tukang sayur keliling dan uminya hanya seorang tukang jahit biasa. Entah kenapa si Danish menjadi anak yang sangat nakal, mungkin jika si Danish tidak di sekolahkan di tempat seperti ini, kejadiannya tak bakalan seperti ini.

Bahkan Danish sudah jarang sekali sholat berjamaah di mushola, berkumpul bersama-sama dengan jamaah lainya di mushola, sekarang mengaji saja jarang, pernah waktu itu uminya menyuruhnya mengaji, namun apa perkataan dari anaknya, “buat apa mengaji, tidak bisa mendapatkan kenikmatan tohh umi, lebihh baik nongkrong di jalanan kota sambil mengoda-goda cewe asoyy yang lewat.” ucapnya sambil berteriak, mendengar perkataan anaknya itu, uminya tak henti-hentinya menangis karna anaknya sendiri telah menghina agamanya.

Lama kelamaan kelakuan anaknya sudah mulai brutal, Danish pun sering ikut tawuran sana-sini melawan siapa pun yang berani menentangnya, tak hanya itu, sampai-sampai dia pernah membuat teman sekelasnya mengalami pendarahan hebat karna ulah bringasnya.

Dan pada saat pelajaran matematika si danih dan teman-temannya sengaja kabur dari kelasnya, dan malah nongkrong di WC sekolah. entah kenapa, mungkin pusing kali yaa?, padahal dulu Danish kan termasuk orang yang cerdas, ini semua karna pengaruh dari pergaulannya di masa SMA.

“hehh… kamu…!!, lagi ngapain nihh pada ngumpul-ngumpul di toilet pada saat jam pelajaran..!” ucap guru BK (bimbingan konseling singkatannya).

“yahh elahh bu dikit lagi kan bel istirahat, jadi kasih konsekuensi dikit lahh hahaha.”

“iyaa tuhh.. bener bangett.!”

“ibu kan maniess… hahaha.” Omongan mereka sudah mulai kurang ajar, (memang mereka kurang mendapat pembelajaran kayaknya itu juga gara-gara mereka selalu kabur).

“hah..!!, manis opo..??, orang kaya buah kesemek busuk!!, dibilang manis..”

“hahahaha..” tertawalah mereka.

Setelah itu ibu BK tersebut meninggalkan mereka yang kerjanya hanya tertawa-tawa kaga jelas. Dan memanggil kepala sekolah bahkan satpam sekolah pun ikut dipanggilnya. Dan menghukumnya  dengan berdiri hormat dilapangan sampai masa sekolah pada hari itu berakhir. Tidak hanya itu bahkan Danish juga mendapatkan SP 3 (surat panggilan orang tua yang ke tiga kalinya, karna pointnya sudah melewati lebih dari 75 dan jika mendapatkan point 100 akan dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat) yang lainya hanya mendapatkan SP 2. Pada saat ini Danish bisa dibilang sebagai pentolan (atau apalah nama istilah gaulnya) di sekolahnya yang dulu amat sangat ia impikan justru menjadi malapetaka bagi keluarganya.

Beberapa hari kemudian uminya pun datang seorang diri, ayahnya tidak bisa hadir karna sedang mencari nafkah keluarganya.  dipanggilah Danish dari kelasnya. Dengan gayanya rambutnya yang kaya jengger ayam alias mowhack dengan baju dikeluarkan, plus tercium pula bau rokok dari tubuhnya yang sangat pekat saat memasuki ruang BK. sedari tadi ibunya sudah hadir disana dan hanya bisa menangis melihat kelakuan anak semata wayangnya beberapa tahun ini.

“ibu sudah tau kan apa yang anak ibu lakukan disekolah ini..??” Tanya kepala sekolahnya seraya tangisan uminya berhenti sejenak.

“….hiks.. iya pak”, jawabnya tersedu-sedu.

“maafkan kelakuan anak saya yaa pak..” tambahnya seraya mengusap air mata yang mengalir menghujani tas yang ada dipangkuannya dengan sapu tangan.

“ibu dengan menyesal ini harus saya katakan, beasiswa yang diterimanya pada saat masih smp sudah hangus, karna Danish anak ibu sudah mendapatkan SP 3. Begitulah peraturan yang tertera di lembaran beasiswa itu.” Ucap pak kepala sekolah yang mulai iba dengan kasih sayang yang diberikan ibunya Danish.

“ya allah ampe segitunya pak.. hiks..”

“memang seperti itu peraturan yang ada di surat pada waktu diberikan ke ibu satu tahun yang lalu.” Ucap pak kepala sekolah sambil menyodorkan secarik kertas.

Lalu tetesan air mata kembali menghujani tas di pangkuannya itu bahkan lebih deras dari yang sebelumnya. Sempat terpikir oleh ibunya Danish, ”ya allah,.. apa lagi cobaan yang engkau berikan kepada hambamu ini… dapet uang dari mana hambamu ini agar anak semata wayang ini bisa melanjutkan sekolah di sekolah impiannya ini..” doanya.

“apa tidak ada toleransi lagi pak untuk anak saya..”

“maaf bu, kelakuan anak ibu memang sudah sangat melampaui batas..”

“owhhh.. kalo begitu saya pamit dulu yaa pak.. hiks..”

“Ohh iya bu, sekali lagi maaf yaa bu..” ucap kepala sekolah itu seraya member senyum.

“dahulu… beberapa tahun lalu kamu menjadi kebanggaan keluarga, tapi sekarang dirimu hanya sebongkah sampah yang sangat tak berharga.” Ucap uminya kepada Danish sambil menangis dan pergi meninggalkan ruangan BK disekolah anaknya itu.. dan Danish hanya terdiam seakan tak mau mendengar perkataan ibunya.

“wassalamu’alaikum..”

“wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh..”

“untung saja saya tidak pernah punya anak seperti kamu, Naudzubillahi mindzalik..!!!” Seru kepala sekolah kepada danish. Seraya mengikuti langkah ibunya pergi.

Namun si Danish hanya terdiam hampa, entah apa yang sedang di pikirkannya.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar