Jumat, 23 November 2012

Cerpen | kisah si Danish Aniq, part 3


Part 3

Sesampainya dirumah, uminya Danish segera untuk mengambil air wudhu untuk sholat dhuha dan tak lupa ia berdoa di dalam tangisannya yang sangat dalam akan kelakuan anaknya.

“Ya Allah, apa lagi cobaan yang engkau berikan kepada hambamu ini, sungguh perihnya hati hambamu ini Ya Allah akan perlakuan anakku, berikanlah hidayah kepada anakku Ya Allah supaya bisa kembali ke  jalan yang lurus dan tidak penuh dengan kesesatan akan nikmatnya dunia, Ya Allah hambamu ini hanya ingin kembali seperti dulu lagi, mempunyai anak yang soleh dan berbakti kepada orang tuanya, Ya Allah hanya kepadaMu lah hambamu mengadu, dan meminta pertolongan”.

Air matanya sucinya kembali berjatuhan membasahi sejadah dan mukena uminya pada saat itu, karna sangat khusyuknya berdoa sampai-sampai tak terasa bahwa sudah menjelang sore dan ayahnya pulang lebih awal karna hari itu dagangannya sudah habis di beli oleh ibu-ibu rumah tangga di perumahan dekat kampungnya itu.

“Assalamu’alaikum wr. Wb”

“umiii…!!” panggilnya.

“umi………!!!!”

Lalu ayahnya pun terdiam setelah melihat istrinya dzikir sambil menangis segugukan. “ulah apa lagi yang kau berikan kepada ibumu sampai menangis, dasar anak durhaka.” Pikirnya dalam hati.

“umi kenapa lagi..??, pasti gara-gara ulah si Danish lagi ya, liatin aja mi entar bakalan ayah kasih pelajaran ke anak durhaka itu biar sadar!!..” ucapnya sedikit berteriak kesal.

“sudaaahh yah.., biar Allah saja yang mengurusi semuanya..”

“umi sudah ikhlas ko..” matanya kembali berlinang penuh dengan air mata yang suci.

Pada saat itu juga anak semata wayangnya pulang sambil mendobrak pintu rumahnya sampai rusak.

“heh..!! anak durhaka..!!, anak macam apa masuk kerumah tanpa member salam..!, mending ga usah pulang aja sekalian..!!” omel ayahnya.

“ohhh gitu jadi Danish udah ga diterima di sini..”

“ya udah, mendingan juga Danish pergi dari sini, udah gabetah juga lagi hidup di rumah kumuh yang sudah mau rubuh kaya gini.” Ucapnya enteng.

Uminya yang dari tadi hanya terdiam melihat pertengkaran suami dan anaknya, akhirnya jatuh pingsan dan tak sadarkan diri sambil menggengam erat al quran di tangan kanannya, pada saat itu juga Danish pergi dari rumahnya entah kemana. Setelah itu suaminya kaget setengah mati ketika melihat istrinya jatuh pingsan dan segera meminta bantuan warga setempat untuk di bawa ke rumah sakit.

“tolonggg…..!!” teriak ayahnya berkali-kali.

Tak lama kemudian pak RT dan warga kampung pun berduyun-duyun datang menghampiri rumahnya kecilnya Danish, dan membawa uminya pergi ke rumah sakit terdekat di daerah subang.

Setelah sampai dirumah sakit.. uminya segera dirawat intensif di ruang ICU (entah apa gue ga tau singkatannya hehe) oleh pihak rumah sakit. Kunjung beberapa hari uminya pun tak sadar kan diri  yang membuat gelisah hati suaminya. Sekitar tiga hari setelah dibawa ke rumah sakit akhirnya uminya pun tersadar, namun kondisinya masih sangat lemah. Dan hanya bisa menyebut nama anaknya “Danish” suaranya mendesah, entah kenapa uminya malah menyebut nama anak durhaka itu.

Beberapa hari kemudian…

Si Danish yang sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya di sebuah lorong di pinggiran kota, tiba-tiba ada temannya yang memberi tahu kondisi ibunya sedang terbaring lemat di rumah sakit di subang.

“heh..! Danish lu ngapain malah nongkrong-nongkrong ga jelas di sini, mending elo sekarang ngejenguk ibulu yang lagi dirawat di ruang ICU!.” Ucapnya

“ahh masa..?? lu boong kale..”

“ngapain amat.., lagian juga ga ada untungnya buat gue kalo boong sama elu..”

“Mending elu jenguk sono ibulu..!!”

Si Danish terdiam sesaat, tak percaya akan apa yang dibilang barusan dengan temannya, dan nampaknya butiran-butiran kesadaran sudah menghampiri hati Danish yang sudah lama mati.

“temenin gue dong kesonoh, gue ga tau dimana rumah sakitnya..”

“ahh elu jadi temen gue aja nyusahin, ga kebayang dah gue kalo jadi ibunya, bisa miris hati gue.” ucap temannya dalam hati.

Sesampainya di depan rumah sakit, mereka hanya terdiam dan tidak langsung masuk ke rumah sakit, entah apa yang ada di pikirannya sehinngga Danish dan temannya tak segera masuk ke rumah sakit. dan pada saat itu juga terlihat bapaknya sedang lari ke luar rumah sakit sambil menangis mencari anaknya yang telah lama pergi si Danish (padahal Danish sedari tadi ada di sebrang jalan depan gerbang rumah sakit), karna karena kondisi uminya sudah melebihi parah.

Ayahnya berlari-lari nampak jelas di mata Danish, Danish masih aja terdiam di tempatnya, namun ayahnya tidak melihat anaknya, pas mau nyebrang lalu tiba-tiba… “GUBRAKK!!” ayahnya pun tertabrak oleh truck tronton yang lalu lalang, sepertinya supirnya mengantuk, padahal ayahnya masih dipinggir jalan...

“Masya Allah” ucap warga setempat.

“ada kecelakaan, buruan panggil ambulan..!!”

“yang nabrak pergi kemana..??”

“dia langsung kabur dan sekarang polisi sedang mengejarnya..”

Danish yang mendengar pembicaraan warga dan melihatnya secara langsung kematian ayahnya tanpa penghalang apapun seperti kacamata segera untuk menghampiri jasad ayahnya yang bersimpah darah, penuh dengan penyesalan yang tiada tara..

“ayaaaah, danish masih sayang sama ayah dan umi, tolong jangan tinggalin danish, danish janji…..” ucapnya berteriak sambil memeluk erat jasad ayahnya dan menangis sekencang-kencangnya.

“yang tabaahh yaa Danish..” ucap temannya.

“Ya Allah apa yang telah aku perbuat sama keluargaku, kenapa tadi aku tidak memanggilnya..! jika tadi aku memanggilnya mungkin tidak bakal seperti ini kejadiannya.. Ya Allah ampunilah segala dosa yang pernah aku perbuat kepada keluargaku..” ucapnya dalem hati sambil meneteskan air mata yang mungkin baru pertama kalinya dia keluarkan beberapa tahun ini..

Lalu polisi pun berdatangan dan mengangkat jasad ayahnya ke dalam rumah sakit yang berada tepan di depannya, diikuti Danish yang sedang berduka dan temannya.

“yang tabah yaa nish, masih ada ibulu ko yang bisa menemani lu..” ucap temannya.

“setelah mendengar kata-kata temannya itu ia langsung teringat dengan keadaan ibunya, lalu pergi meningggalkan jasad ayahnya sementara, dan melihat keadaan ibunya.

Pada saat itu juga terlihat dari kejauhan seorang suster pergi kearahnya dan memanggilnya,

“Danish,”

“ apakah anda yang bernama Danish..??”

“iyaaa betull, ada apa yaa..??”

“dengan menyesal ini harus saya katakan, ibu anda sudah tiada..”

Mendengar perkataan itu seolah-olah ia sedang berada di tengah jembatan yang talinya mau putus dan jatuh ke jurang yang sangat dalam dan dibawahnya banyak sekali kerikil-kerikil tajam yang siap menghantam tubuhnya, Danish pun tidak bisa berkata apa-apa, hanya tetesan air mata yang tiada henti mengalir di wajahnya, setelah kepergian ayahnya yang tidak berlangsung lama, lalu diikuti oleh kepergian uminya, dan yang hanya ada di otaknya sekarang hanya “menyesali” apa yang telah diperbuatnya kepada keluarganya yang sekarang hanya tinggal Danish seorang..

“ada pesan terakhir ga sus..?? hiks.. hikss..”

“ohh iya saya hampir lupa”

“apa yang dikatakannya.!!”

“ibu anda mengatakan, ‘Danish, Danish’ berulang ulang dan yang terakhir dikatakannya sebelum nafas terakhirnya adalah ‘saya kecewa’ setelah itu 'lailahaillallah'…..”

***

Berakhir sudah cerita pendek fiksi islamy saya, semoga kisah ini dapat berguna bagi siapa aja yang membacanya dan mengambil hikmahnya.. mendadak gue pengen bikin cerita ini setelah gue mendengar pepatah yang mungkin elo-elo semua sudah biasa dengar. “ketika orang yang mencintainya telah disia-siakan olehnya, orang menyia-nyiakan itu akan sangat mencintainya ketika orang yang mencintainya itu telah tiada.” Kaya gitu kalo ga salah kata-katanya hehe, orang yang mencintainya itu seperti umi dan ayahnya pada cerita di atas, setelah mereka pergi meninggalkannya barulah terasa betapa Danish sangat mencintainya. Dan satu pepatah lagi “janganlah kau pernah menyakiti hati seorang ibu, karna segala pekataannya adalah DOA..” aduhh gue mau cerita dikit lagi nehh.. gapapa kan?? Hehe
Seorang anak menangis dan memanggil ibunya, “ibu, ibu, ibu, ibu, ibu.” Secara berulang-ulang.
Lalu ibunya pun datang dengan tergopoh-gopoh, “Ana opo tho le, ko nangis wae” (ada apa sih nak, kok nangis saja).

Anak itu terus saja menangis dan kali ini menunjuk-nunjuk dengkulnya, “Ibu, iki ono telek (tahi ayam). Buang yo bu. Buang..!!”

Lalu, ibunya membuang kotoran ayam itu. Namun, tangis anaknya tidak juga berhenti. Dia pun kembali memanggil ibunya dan berkata, “balek no balek no, balek no!”

Anak itu meminta ibunya mengembalikan “telek” itu lagi.

Lalu, ibunya mengembalikan lagi “telek” tersebut ke dengkul putra kesayangannya itu.

Tangis anak itu pun semakin keras dan kembali berkata, “kok ora podo, ko ora podo!” anak itu menangis keras karna “telek” yang dikembalikan ibunya itu tidak sama bentuknya dengan “telek” yang pertama kali menempel pada dengkulnya.

Sambil mencari “telek” lainnya ibu itu pun bergumam, “wis ora opo-opo, asal besok gede jadi jendral!” ibu itu pun tersenyum.

Selang empat puluh tahun kemudian, anak yang menangis dan membuat ibunya repot mencari “telek” itu benar-benar menjadi jendral. Dialah Jendral Subagyo HS, mantan kepala staf TNI Angkatan Darat. 

Subhanallah.

Inilah bukti KEKUATAN DOA IBU. Meskipun terdengar seperti bermain-main, tapi ternyata Allah mendengar perkataan ibu dan mengabulkannya.

Sekian dulu cerita dari saya, tunggu aja kisah tak menarik lainnya..
Rabbani..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar