Part 3
Sesampainya dirumah, uminya Danish segera untuk mengambil air
wudhu untuk sholat dhuha dan tak lupa ia berdoa di dalam tangisannya yang
sangat dalam akan kelakuan anaknya.
“Ya Allah, apa lagi cobaan
yang engkau berikan kepada hambamu ini, sungguh perihnya hati hambamu ini Ya
Allah akan perlakuan anakku, berikanlah hidayah kepada anakku Ya Allah supaya
bisa kembali ke jalan yang lurus dan tidak penuh dengan kesesatan akan
nikmatnya dunia, Ya Allah hambamu ini hanya ingin kembali seperti dulu lagi,
mempunyai anak yang soleh dan berbakti kepada orang tuanya, Ya Allah hanya
kepadaMu lah hambamu mengadu, dan meminta pertolongan”.
Air matanya sucinya kembali
berjatuhan membasahi sejadah dan mukena uminya pada saat itu, karna sangat
khusyuknya berdoa sampai-sampai tak terasa bahwa sudah menjelang sore dan
ayahnya pulang lebih awal karna hari itu dagangannya sudah habis di beli oleh ibu-ibu
rumah tangga di perumahan dekat kampungnya itu.
“Assalamu’alaikum wr. Wb”
“umiii…!!” panggilnya.
“umi………!!!!”
Lalu ayahnya pun terdiam setelah
melihat istrinya dzikir sambil menangis segugukan. “ulah apa lagi yang kau
berikan kepada ibumu sampai menangis, dasar anak durhaka.” Pikirnya dalam hati.
“umi kenapa lagi..??, pasti
gara-gara ulah si Danish lagi ya, liatin aja mi entar bakalan ayah kasih
pelajaran ke anak durhaka itu biar sadar!!..” ucapnya sedikit berteriak kesal.
“sudaaahh yah.., biar Allah saja
yang mengurusi semuanya..”
“umi sudah ikhlas ko..” matanya
kembali berlinang penuh dengan air mata yang suci.
Pada saat itu juga anak semata
wayangnya pulang sambil mendobrak pintu rumahnya sampai rusak.
“heh..!! anak durhaka..!!, anak
macam apa masuk kerumah tanpa member salam..!, mending ga usah pulang aja
sekalian..!!” omel ayahnya.
“ohhh gitu jadi Danish udah ga
diterima di sini..”
“ya udah, mendingan juga Danish
pergi dari sini, udah gabetah juga lagi hidup di rumah kumuh yang sudah mau
rubuh kaya gini.” Ucapnya enteng.
Uminya yang dari tadi hanya
terdiam melihat pertengkaran suami dan anaknya, akhirnya jatuh pingsan dan tak
sadarkan diri sambil menggengam erat al quran di tangan kanannya, pada saat itu
juga Danish pergi dari rumahnya entah kemana. Setelah itu suaminya kaget
setengah mati ketika melihat istrinya jatuh pingsan dan segera meminta bantuan
warga setempat untuk di bawa ke rumah sakit.
“tolonggg…..!!” teriak ayahnya
berkali-kali.
Tak lama kemudian pak RT dan warga
kampung pun berduyun-duyun datang menghampiri rumahnya kecilnya Danish, dan
membawa uminya pergi ke rumah sakit terdekat di daerah subang.
Setelah sampai dirumah sakit..
uminya segera dirawat intensif di ruang ICU (entah apa gue ga tau singkatannya
hehe) oleh pihak rumah sakit. Kunjung beberapa hari uminya pun tak sadar kan
diri yang membuat gelisah hati suaminya. Sekitar tiga hari setelah dibawa
ke rumah sakit akhirnya uminya pun tersadar, namun kondisinya masih sangat
lemah. Dan hanya bisa menyebut nama anaknya “Danish” suaranya mendesah, entah
kenapa uminya malah menyebut nama anak durhaka itu.
Beberapa hari kemudian…
Si Danish yang sedang asyik
nongkrong bersama teman-temannya di sebuah lorong di pinggiran kota, tiba-tiba
ada temannya yang memberi tahu kondisi ibunya sedang terbaring lemat di rumah
sakit di subang.
“heh..! Danish lu ngapain malah
nongkrong-nongkrong ga jelas di sini, mending elo sekarang ngejenguk ibulu yang
lagi dirawat di ruang ICU!.” Ucapnya
“ahh masa..?? lu boong kale..”
“ngapain amat.., lagian juga ga
ada untungnya buat gue kalo boong sama elu..”
“Mending elu jenguk sono
ibulu..!!”
Si Danish terdiam sesaat, tak
percaya akan apa yang dibilang barusan dengan temannya, dan nampaknya
butiran-butiran kesadaran sudah menghampiri hati Danish yang sudah lama mati.
“temenin gue dong kesonoh, gue ga
tau dimana rumah sakitnya..”
“ahh elu jadi temen gue aja
nyusahin, ga kebayang dah gue kalo jadi ibunya, bisa miris hati gue.” ucap
temannya dalam hati.
Sesampainya di depan rumah sakit,
mereka hanya terdiam dan tidak langsung masuk ke rumah sakit, entah apa yang
ada di pikirannya sehinngga Danish dan temannya tak segera masuk ke rumah sakit.
dan pada saat itu juga terlihat bapaknya sedang lari ke luar rumah sakit sambil
menangis mencari anaknya yang telah lama pergi si Danish (padahal Danish sedari
tadi ada di sebrang jalan depan gerbang rumah sakit), karna karena kondisi
uminya sudah melebihi parah.
Ayahnya berlari-lari nampak jelas
di mata Danish, Danish masih aja terdiam di tempatnya, namun ayahnya tidak
melihat anaknya, pas mau nyebrang lalu tiba-tiba… “GUBRAKK!!” ayahnya pun
tertabrak oleh truck tronton yang lalu lalang, sepertinya supirnya mengantuk,
padahal ayahnya masih dipinggir jalan...
“Masya Allah” ucap warga setempat.
“ada kecelakaan, buruan panggil
ambulan..!!”
“yang nabrak pergi kemana..??”
“dia langsung kabur dan sekarang
polisi sedang mengejarnya..”
Danish yang mendengar pembicaraan
warga dan melihatnya secara langsung kematian ayahnya tanpa penghalang apapun
seperti kacamata segera untuk menghampiri jasad ayahnya yang bersimpah darah,
penuh dengan penyesalan yang tiada tara..
“ayaaaah, danish masih sayang sama
ayah dan umi, tolong jangan tinggalin danish, danish janji…..” ucapnya
berteriak sambil memeluk erat jasad ayahnya dan menangis sekencang-kencangnya.
“yang tabaahh yaa Danish..” ucap
temannya.
“Ya Allah apa yang telah aku
perbuat sama keluargaku, kenapa tadi aku tidak memanggilnya..! jika tadi aku
memanggilnya mungkin tidak bakal seperti ini kejadiannya.. Ya Allah ampunilah
segala dosa yang pernah aku perbuat kepada keluargaku..” ucapnya dalem hati
sambil meneteskan air mata yang mungkin baru pertama kalinya dia keluarkan
beberapa tahun ini..
Lalu polisi pun berdatangan dan
mengangkat jasad ayahnya ke dalam rumah sakit yang berada tepan di depannya,
diikuti Danish yang sedang berduka dan temannya.
“yang tabah yaa nish, masih ada
ibulu ko yang bisa menemani lu..” ucap temannya.
“setelah mendengar kata-kata
temannya itu ia langsung teringat dengan keadaan ibunya, lalu pergi
meningggalkan jasad ayahnya sementara, dan melihat keadaan ibunya.
Pada saat itu juga terlihat dari
kejauhan seorang suster pergi kearahnya dan memanggilnya,
“Danish,”
“ apakah anda yang bernama
Danish..??”
“iyaaa betull, ada apa yaa..??”
“dengan menyesal ini harus saya
katakan, ibu anda sudah tiada..”
Mendengar perkataan itu
seolah-olah ia sedang berada di tengah jembatan yang talinya mau putus dan
jatuh ke jurang yang sangat dalam dan dibawahnya banyak sekali kerikil-kerikil
tajam yang siap menghantam tubuhnya, Danish pun tidak bisa berkata apa-apa,
hanya tetesan air mata yang tiada henti mengalir di wajahnya, setelah kepergian
ayahnya yang tidak berlangsung lama, lalu diikuti oleh kepergian uminya, dan
yang hanya ada di otaknya sekarang hanya “menyesali” apa yang telah
diperbuatnya kepada keluarganya yang sekarang hanya tinggal Danish seorang..
“ada pesan terakhir ga sus..??
hiks.. hikss..”
“ohh iya saya hampir lupa”
“apa yang dikatakannya.!!”
“ibu anda mengatakan, ‘Danish,
Danish’ berulang ulang dan yang terakhir dikatakannya sebelum nafas terakhirnya
adalah ‘saya kecewa’ setelah itu 'lailahaillallah'…..”
***
Berakhir sudah cerita pendek fiksi
islamy saya, semoga kisah ini dapat berguna bagi siapa aja yang
membacanya dan mengambil hikmahnya.. mendadak gue pengen bikin cerita ini
setelah gue mendengar pepatah yang mungkin elo-elo semua sudah biasa dengar.
“ketika orang yang mencintainya telah disia-siakan olehnya, orang
menyia-nyiakan itu akan sangat mencintainya ketika orang yang mencintainya itu
telah tiada.” Kaya gitu kalo ga salah kata-katanya hehe, orang yang
mencintainya itu seperti umi dan ayahnya pada cerita di atas, setelah mereka
pergi meninggalkannya barulah terasa betapa Danish sangat mencintainya. Dan
satu pepatah lagi “janganlah kau pernah menyakiti hati seorang ibu, karna
segala pekataannya adalah DOA..” aduhh gue mau cerita dikit lagi nehh.. gapapa
kan?? Hehe
Seorang anak menangis dan
memanggil ibunya, “ibu, ibu, ibu, ibu, ibu.” Secara berulang-ulang.
Lalu ibunya pun datang dengan
tergopoh-gopoh, “Ana opo tho le, ko nangis wae” (ada apa sih nak, kok nangis
saja).
Anak itu terus saja menangis dan
kali ini menunjuk-nunjuk dengkulnya, “Ibu, iki ono telek (tahi ayam). Buang yo
bu. Buang..!!”
Lalu, ibunya membuang kotoran ayam
itu. Namun, tangis anaknya tidak juga berhenti. Dia pun kembali memanggil
ibunya dan berkata, “balek no balek no, balek no!”
Anak itu meminta ibunya
mengembalikan “telek” itu lagi.
Lalu, ibunya mengembalikan lagi
“telek” tersebut ke dengkul putra kesayangannya itu.
Tangis anak itu pun semakin keras
dan kembali berkata, “kok ora podo, ko ora podo!” anak itu menangis keras karna
“telek” yang dikembalikan ibunya itu tidak sama bentuknya dengan “telek” yang
pertama kali menempel pada dengkulnya.
Sambil mencari “telek” lainnya ibu
itu pun bergumam, “wis ora opo-opo, asal besok gede jadi jendral!” ibu itu pun
tersenyum.
Selang empat puluh tahun kemudian,
anak yang menangis dan membuat ibunya repot mencari “telek” itu benar-benar
menjadi jendral. Dialah Jendral Subagyo HS, mantan kepala staf TNI Angkatan
Darat.
Subhanallah.
Inilah bukti KEKUATAN DOA IBU.
Meskipun terdengar seperti bermain-main, tapi ternyata Allah mendengar
perkataan ibu dan mengabulkannya.
Sekian dulu cerita dari saya,
tunggu aja kisah tak menarik lainnya..
Rabbani..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar